Pagi setelah pembicaraanku dengan ayah
beberapa malam yang lalu kuhabiskan waktu menjelajah pantai, mengumpulkan apa
saja yang bisa kurangkai menjadi kerajinan. Hidup harus terus berjalan, aku tak
bisa hanya berpangku tangan dan mengangggur tanpa melakukan kegiatan apapun.
Untuk saat ini yang terpikir hanya melanjutkan pembuatan kerajinan dan ikut
ayah melaut. Meski sedikit aku harus bisa tetap menghasilkan uang. Sudah lulus
sekolah sedikit banyak aku harus bisa membantu perekonomian di rumah.
Bersyukur sekali kerajinanku masih diminati
banyak orang. Penghasilan tergolong lancar. Tapi aku masih merasa sangat
kurang. Kasihan ayah masih harus banting tulang di usia senjanya. Setiap hari
aku memikirkan jalan keluar agar ayah tak lagi melaut. Pekerjaan apa yang bisa
kulakukan agar pendapatanku bisa memenuhi kebutuhan di rumah.
Suatu pagi aku ijin pada ayah akan ke kota.
Membeli beberapa peralatan untuk membuat kerajinan dan bahan-bahan tambahan.
Aku akan ikut truk Kak Dahlan yang berangkat pagi mengantarkan ikan ke kota.
Mariam ikut denganku juga.
Sesampai di pasar kota aku langsung menuju
toko alat-alat kerajinan langgananku, sedangkan Mariam masuk ke pasar untuk
membeli kebutuhan rumah. Tak sengaja aku bertemu dengan salah satu temanku saat
SMK dulu. Dia ternyata diterima kuliah jurusan perikanan di salah satu
universitas negeri di Mataram. Dia bilang potensi perikanan di sini sangat
bagus. Tak perlu lahan cukup menggunakan keramba sudah bisa jalan. Aku bertanya
banyak hal padanya sebelum kami berpisah karena dia harus kembali ke Makasar.
Dari pertemuanku dengan temanku itu, aku
sedikit punya ide untuk mengembangkan diri. Bukan lagi hanya bertumpu pada
pembuatan kerajinan dan melaut, tapi juga ingin membuat sebuah usaha agar
perekonomian lebih stabil. Selain itu juga untuk mengembangkan kemampuanku agar
tak terbatas pada itu-itu saja.
Aku mengajak bicara ayah suatu sore tentang
rencanaku tersebut, dan beliau menyerahkan semua keputusan padaku. Ayah mendukung
100 persen kemauanku. Setelah mengantongi ijin dari ayah, aku bergerak cepat. Aku
meminta izin pada ayah untuk pergi selama sebulan untuk belajar seluk beluk
usaha yang mau aku jalani. Jadi minggu selanjutnya langsung aku bertolak ke
Lombok dengan hanya berbekal tas ransel dan alamat salah satu tempat budidaya
yang mengadakan pelatihan juga untuk para calon wirausahawan.
***
Aku kembali dengan semangat baru. Setelah sebulan
lebih, meleset dari prediksiku yang hanya sebulan, menghabiskan waktu belajar
dengan sangat keras untuk bisa membuka usaha sendiri di Lombok. Ayah menyambutku
di bandara, entah jam berapa berangkat dari rumah. Karena pesawatku landing pagi sekali.
Setelah sampai rumah aku mengajak ayah untuk
mencari lahan yang pas untuk kujadikan tempat budidaya nantinya. Butuh tempat
yang luas dengan arus yang tenang. Kami menemukan lahan itu di laut seberang
hutan bakau di ujung desa. Untungnya pemerintah desa tidak meminta uang untuk
sewa lahan di sana, jadi aku cukup memikirkan untuk dana peralatan dan
pembelian bibit saja. Mariam yang saat ini libur aku ajak untuk berbelanja di
kota dengan menyewa sebuah pick up. Terpaksa
uang tabungan kuliah aku pakai sebagai modal. Biarlah nanti aku ganti setelah
usahaku mulai berkembang.
Ayah membantu dengan membersihkan area lahan
yang akan aku gunakan. Juga membuatkanku sebuah pondok sederhana untuk tempat
istirahatku di tepi pantai. Itu saja sudah membuatku sangat senang. Mempersingkat
waktuku untuk memulai usaha nanti.
***
Seminggu kemudian lahan sudah siap digunakan,
keramba tertata dengan rapi dan terkendali. Beberapa kolam tempat penijahan
juga sudah selesai dibuat. Tinggal menunggu bibit datang dalam beberapa hari ke
depan. Selama itu aku masih melaut bersama ayah. Dan saat-saat siang kuhabiskan
di pondok dekat keramba sambil membuat kerajinan.
Bibit datang sore hari diantar oleh mobil
boks tukang pos. Segera kubawa ke pantai dan menaikkannya ke perahu. Ayah yang
mengemudikan perahu menuju keramba. Aku memeriksa setiap kotak bibit yang
dikirim. Memastikan semua baik-baik saja. Sesampai di keramba, kupisahkan
indukan jantan dan betina di tempat berbeda. Sedang bibit yang sudah siap aku
sebar di tiap keramba yang ada. Bismillah mulai hari ini sampai beberapa bulan
ke depan aku akan disibukkan dengan pemeliaraan bibit-bibit ini.
Wuah, makin keren. Hm, bener. Jadi pengusaha itu jauh lebih smart😇
ReplyDelete